INDONESIA LAWAK KLUB
“Mengejar Ibadah atau Rejeki?”
Episode 27 Mei 2017
- The Conversations
Pak
Deny : Selamat malam pemirsa
dimanapun anda berada. Selamat datang di Indonesia Lawak Klub. Malam hari ini
kita bersama dengan para panelis akan membicarakan mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan masalah bulan suci Ramadhan. Jadi kita berusaha untuk berlomba-lomba
beribadah sebanyak-banyaknya. Dan sekarang yang akan dibicarakan adalah
mengenai mengejar ibadah atau rejeki? Salah satu yang kita kejar ibadahnya itu
adalah orang berlomba-lomba untuk berangkat umrah atau melaksanakan umrah di
tanah suci di bulan Ramadhan ini. Karna katanya dilipatgandakan pahalanya. Ini Pak
Jarwo pernah umrah?
Pak
Jarwo : Pernah pak Denny.
Pak
Deny : Kok sepertinya wajahnya
masih penuh dosa gitu.
Pak
Jarwo : Jangan menilai seseorang
itu dari luarnya saja Pak Deny. Tapi dari dalamnya, masih banyak dosanya
Pak Deny. (flouting maxim of manner)
Pak
Deny : Iyaa, sama aja dong kalo
gitu ya.
Pak
Jarwo : Yang penting kita merubah
sesuatu dengan lebih baik lagi dan lebih baik lagi Pak Deny.
Pak Deny : Betul… betul Pak Jarwo.
Pak
Jarwo : Pak Deny tadi mengatakan
tadi di permulaan acara membuka bahwa kita, dalam Ramadhan kita mengejar
ibadah, dan atau mengejar rejeki? Ibadah ataupun –
Anda
aja repot naroh gelas, saya lagi ngomong ini. (flouting maxim of relevance)
Bianca :
Orang ga kelihatan harusnya mah orang ga tau. (flouting maxim of relevance-the utterance is ambiguous)
Akbar : Sisa buka
tadi pak, masih di taruh di sini. (violating maxim of quality)
Cak
Lontong : Heh, sisa buka apa orang masih
tutup gituh?
Akbar : Naah, udah pak
(buka tutup)
Pak Deny : Gimana saya mau focus? Yang namanya ibadah kalo mau success
Pak Deny.
Pak Deny : Ya benar.
Pak
Jarwo : Jadi ibadah atau rejeki itu
tidak perlu dikejar Pak Deny.
Pak Deny : Tapi…
Pak
Jarwo : Tapi kita berdoa dan Allah
meminta kita untuk tidak mengejar rejeki tetapi meminta dan Allah akan
mendekatkan rejeki itu kepada kita Pak Deny. Jangan di kejar Pak Deny.
Saya
udah lama, tujuh tahun saya di pesantren gontor Pak Deny. (flouting maxim of
relevance).
Bianca :
Ngapain Pak Jarwo?
Pak
Jarwo : Jualan tasbeh, di depan
pesantren.
Yah,
kurang lucunya yah. (flouting maxim of relevance)
Hahaha . . . . .
Akbar : Gapapa pak, bulan
romadhon ngga harus lucu pak
Pak
Jarwo : Penting itu. Nggak lucu sih
nggak laku
Pak Deny : Pekerjaannya masalahnya pelawak. (flouting maxim of
quality)
Pak
Jarwo : Tapi begini Pak Deny,
bicara masalah umroh di bulan romadhon
Cak
Lontong : Ha, ini mohon maaf, kita
tidak sepantasnya dan tidak seharusnnya, ini saya kira ini salah. (flouting
maxim of relevance and manner)
Pak
Jarwo : Hah?
Cak
Lontong : Umroh itu bukan masalah loh,
itu ibadah. Anda berbicara masalah umroh, umroh bukan masalah, itu ibadah.
Pak
Jarwo : Yang bilang masalah itu
siapa?
Bianca :
Pak Jarwooo
Cak
Lontong : Ssst,, tadi Pak Jarwo bilang
masalah umroh
Pak
Jarwo : Masalah umroh..
Bianca :
Naaah
Cak
Lontong : Nah iya,
Pak Deny : Berati
ada masalah di umroh itu
Cak
Lontong : Masalah hidup macam-macam.
Ekonomi bisa jadi masalah, pendidikan bisa jadi masalah, umroh bukan masalah
pak, ibadah.
Ratna :
Mungkin bahasanya membahas tentang umroh di bulan Ramadhan. (flouting maxim
of relevance)
Pak Deny : Nah gitu aja ngga
usah pake masalah
Ratna :
Pemilihan kata doang ini mah pak
Cak
Lontong : Pemilihan kata penting.
Ratna :
Oh betul betul betul
Cak
Lontong : Anda bisa mendengarkan
kata-kata dia?
Pak
Jarwo dll : Saya. (flouting
maxim of relevance)
Cak
Lontong : Naah, pemilihan kata dia dan
saya berubah fatal loh. Penting lo pemilihan kata.
Bianca :
Pak Jarwo, salah lagi
Cak
Lontong : Salah lagi anda ini
Ratna :
Untung bulan Ramadhan pak, jadi bisa maaf-maafan nanti yah
Pak Jarwo : Ngomongin umroh gitu aja dah pak.
Bicara umroh.
Akbar : Pak, mohon maaf pak, bulan
puasa ngga boleh ngomongin orang lain pak. (flouting maxim of relevance)
Pak
Jarwo : Nggak, eh, hehe
Akbar : Nggak baik
Pak
Deny : Umroh itu kegiatan,
aktivitas. Bukan orang. Bukan om nya. Omnya siapa?
Pak Jarwo : Sebelumnya saya akan memperkenalkan
diri dulu Pak Deny
Pak
Deny : Yah, silahkan. Anda dari
mana?
Pak
Jarwo : Permisi Ratna. Saya dari
kumpulan laki-laki pelit tapi banyak rejeki, sukanya makan belut
Ratna : Iya, silahkan
Pak
Deny : Disingkat?
Pak
Jarwo : Kulit kisut
Bianca : Emang kisut Pak Jarwo?
Pak
Deny : Ini nilai tambah buat Pak
Jarwo.
(flouting maxim of relevance)
Pak
Jarwo : Nilai tambah apa?
Cak
Lontong : Jujur
Pak
Deny : Ya nggaa dong. Kalo jujur
harusnya lengkap. Kulit kisut, muka semrawut. misalnya gitu
Cak
Lontong : Ya seenggaknya udah setengah
jujur gitu pak
Pak
Deny : Iyaa
Pak
Jarwo : Umroh adalah sesuatu yang
di idam-idamkan oleh orang muslim Pak Deny. Jadi karna itu sesuatu yang di
idam-idamkan, maka tidak perlu dipaksakan, umroh di saat bulan romadhon Pak
Deny. Kalo bisa ya begini. Ibarat itukan kalo bisa yang deket-deket dulu yaitu
di rumah, di seluruh permukaan bumi ini adalah tempat ibadah Pak Deny.
Pak
Deny : Benar
Pak
Jarwo : Bisa di rumah, bisa dalam
perjalanan, dan sesuatu yang kecil bisa menjadi sebuah nilai ibadah. Contohnya,
dalam perjalanaan kita menemukan paku.
Pak
Deny : Terus kita ngambilin paku?
Pak
Jarwo : Kita ambil paku, kita
singkirkan atau kita buang. Itu sudah sebuah nilai ibadah Pak Deny.
Pak Deny :
Iya, betul. …(05.49) … pernah?---------belom lengkap
Pak
Jarwo : Kan di hari yang lain kita
masih bisa umroh. Fokuslah ibadah puasa atau segala macem yang lebih ini…
Pak
Deny : Itu pendapatnya Pak Jarwo
Bianca : Kalo aku sebenernya ga setuju
kang Deny. Sebenernya, hehe. Aku
perkenalan diri dulu. Saya ini adalah ketua Bianca-Bianca labil yang suka pia
manis.
Pak
Deny : Disingkat apatuh?
Bianca : Kue lapis. Jadi gini sebenernya,
kalo memang kita mau melakukan ibadah, itu setiap hari kapanpun tidak harus di
bulan ramadahn. Tapi kalo menunaikan ibadah umroh, itu Pak Jarwo pahalanya…
heheh. Kenapa?
Cak
Lontong : Saya yang kaget. (flouting maxim of relevance)
Bianca : Haha. Itu kalo seandainya
kita melakukan ibadah umroh di bulan suci Ramadhan pahalanya sama kaya kita
waktu ibadah sama rasulullah. Manusia mana yang tidak mau menerima/menjalankan
ibadah itu Pak Jarwo? Coba Pak Jarwo bayangkan. Setahun itu Cuma ada. Ada bulan
Ramadhannya itu Cuma ada sekali.
Akbar : Bulan Ramadhan ada 30 hari masak
sekali? (flouting maxim of relevance)
Bianca : Oh iya maksudnya dalam setahun
itu cuma ada satu bulan. Iyakan? Nah
pada saat momen itulah orang-orang maunya berburu-buru. Bukan harusnya
berleha-leha
malas-malasan dirumah.
Pak
Jarwo : Tapi jangan dipaksakan. Kalo memang nggak mampu ya sudah nggak usah.
Akbar : Tapi kan paling engga, bisa di
usahakan. Pak Jarwo di tahun ini missal, selain di bulan Ramadhan bapak bisa
umroh di bulan juni. Nah itukan insya Allah … (flouting maxim of
quantity/manner)
Pak
Jarwo : Ya bulan juni ramdhan juga
pasti
Akbar : Ya terserah bapak mau berangkat
bulan ramadahn apa bulan juni?
Pak
Jarwo : Ya bulan Ramadhan itu
jatuhnya di bulan juni, masehi.
Akbar : Lah iya
Pak
Jarwo : Lha hiya apa? Samaa aja!
- The Analysis
This
is an analysis of flouting maxim occurred in a TV comedy show Indonesia
Lawak Klub (ILK) on May 27th, 2017, under the theme “Mengejar
Ibadah atau Rezeki?”. There are seven panellists in the first segment of ILK,
they are: Denny
Candra, Jarwo Kuat,
Cak Lontong, Ratna Ghalih,
Akbar, Bianca, and Ibu Furry.
This first segment contains two different focusses: 1) Discussion about whether
Mengejar ibadah or Rezeki? 2) Discussion about Ibu Furry’s Umroh
Travel. However, we only analyse the flouting maxim occurred in the first
discussion in which Bu Furry doesn’t voices
her opinion at all.
The
context is when Pak Deny asks the panellists about which one is better to do in
Ramadhan between praying and working. Pak Jarwo is the first speaker delivering
his opinion and then followed by the other speakers. During the discussion,
sometimes they are talking out of the topic which then flouting the maxim. According
to our analysis based on Grice Maxim’s theory, flouting maxim of relevance is
the most frequently occurred during the discussion.
1) Pak
Jarwo : Pak Deny tadi mengatakan
tadi di permulaan acara pembuka bahwa kita, dalam Ramadhan kita mengejar
ibadah, dan atau mengejar rejeki? Ibadah ataupun – Anda aja repot naroh
gelas, saya lagi ngomong ini.
Analysis:
Flouting maxim of relevance: Pak Jarwo’s utterance is not relevant. At the
first, he wants to answer Pak Deny’s question. But, suddenly he commented on Akbar
who is busy with his glass.
2) Bianca : orang ga kelihatan harusnya
mah orang ga tau
Analysis:
Flouting maxim of relevance: Bianca responds Pak Jarwo but her utterance is ambiguous.
3) Pak
Jarwo : tapi kita berdoa dan Allah
meminta kita untuk tidak mengejar rejeki tetapi meminta dan Allah akan
mendekatkan rejeki itu kepada kita Pak Deny. Jangan di kejar Pak Deny. Saya
udah lama, tujuh tahun saya di pesantren gontor Pak Deny.
Bianca : Ngapain Pak Jarwo?
Analysis:
Flouting maxim of relevance: Pak Jarwo’s utterance is not relevant and
ambiguous. Suddenly he informs that he was already in Pesantren Gontor for
seven years which is not relevant with his whole utterances. It is ambiguous
therefore Bianca clarifies while asking “Ngapain (what did you do).”
4) Bianca :ngapain Pak Jarwo?
Pak Jarwo : jualan tasbeh, di depan pesantren.
Pak Jarwo : jualan tasbeh, di depan pesantren.
Yah, kurang lucunya yah.
Others : (laughing)
Others : (laughing)
Analysis: Flouting maxim of relevance: After answering
Bianca’s question, Pak Jarwo suddenly speaks up out of context of comedy action
realizing his joke doesn’t sense humour, but it successfully invited other
speakers and audiences to laugh loudly.
5) Pak
Jarwo : Tapi begini Pak Deny,
bicara masalah umroh di bulan romadhon
Cak
Lontong : Ha, ini mohon maaf, kita
tidak sepantasnya dan tidak seharusnnya, ini saya kira ini salah.
Pak
Jarwo : Hah?
Cak
Lontong : Umroh itu bukan masalah loh,
itu ibadah. Anda berbicara masalah umroh, umroh bukan masalah, itu ibadah.
Analysis:
Flouting maxim of relevance and manner: Cak Lontong’s utterance is not relevant
and ambiguous. He thinks that Pak Jarwo argued umroh as a problem for
the word “masalah” while it is kind of praying. However, it is not the point
being discussed by Pak Jarwo. The ambiguity comes from his uncompleted
utterances which spontaneously interrupt by Pak Jarwo.
6) Cak
Lontong : masalah hidup macam-macam.
Ekonomi bisa jadi masalah, pendidikan bisa jadi masalah, umroh bukan masalah
pak, ibadah.
Ratna : mungkin bahasanya membahas
tentang umroh di bulan Ramadhan (flouting maxim of relevance)
Analysis :
Flouting maxim of relevance: It happens because the statement of Ratna doesn’t
have good relation of previous statement from Cak Lontong. It has different context
in which Cak Lontong said about the kinds of problem besides Ratna talked out
of the topic. Furthermore, it indicates that there is flouting maxim of
relevance in this context of conversation.
7) Cak
Lontong : Anda bisa
mendengarkan kata-kata dia?
Pak
Jarwo and others : saya (flouting
maxim of relevance)
Analysis:
Flouting of relevance: When Cak Lontong asks about
“can you hear their word?”, Pak Jarwo directly answer “saya” or “I”. In this
case, it includes of flouting maxim of relevance because Pak Jarwo goes out of
the context when answering Cak Lontong question.
8) Pak
Jarwo : Ngomongin umroh gitu aja
dah pak. Bicara umroh.
Akbar : pak, mohon maaf pak, bulan
puasa ngga boleh ngomongin orang lain (flouting maxim of relevance)
Analysis: Flouting maxim of relevance: Akbar’s utterance is
different with Pak Jarwo in the previous time. Akbar says out of the context
and topic while it creates the new utterance in this conversation. However, in
this case, Akbar has flouted maxim of relevance in responding Pak Jarwo’s statement.
9) Pak
Jarwo : kulit kisut
Bianca : emang kisut Pak Jarwo?
Pak
Deny : ini nilai tambah buat Pak
Jarwo (flouting maxim of relevance)
Pak
Jarwo : nilai tambah apa?
Cak
Lontong : jujur
Analysis: Flouting maxim of relevance: in this conversation,
when Pak Jarwo, Bianca and Cak Lontong discuss about “kulit kisut”, Denny Chandra directly gives statement about other
utterance out of the discussion before. There is no relation between previous
statement and Denny Chandra’s statement. Therefore, it’s grouped as flouting
maxim of relevance.
10) Bianca : haha. Itu kalo seandainya kita
melakukan ibadah umroh di bulan suci Ramadhan pahalanya sama kaya kita waktu
ibadah sama Rasulullah. Manusia mana yang tidak mau menerima/menjalankan ibadah
itu Pak Jarwo? Coba Pak Jarwo bayangkan. Setahun itu cuma ada. Ada bulan
Ramadhannya itu Cuma ada sekali.
Akbar : bulan Ramadhan ada 30 hari
masak sekali? (flouting maxim of relevance)
Analysis : Flouting
maxim of relevance: Akbar says in out of contact when he response about
Bianca’s opinion about Umrah in Ramadhan. His respond shows about asking how
many days in Ramadhan is. Therefore, it’s grouped as the flouting maxim of
relevance.
11) Bianca : Kue lapis. Jadi gini sebenernya,
kalo memang kita mau melakukan ibadah, itu setiap hari kapanpun tidak harus di
bulan Ramadhan. Tapi kalo menunaikan
ibadah umroh, itu Pak Jarwo pahalanya… heheh. Kenapa?
Cak
Lontong : saya yang kaget.
Analysis: Flouting maxim of relevance: when Bianca explains
about the time for doing Umrah, Cak Lontong gives her statement which contains
different utterance. It’s kind out of the context from statement before. Then,
Cak Lontong’s has created flouting maxim of relevance when he responses
Bianca’s explanation.
According to our analysis, comedians
mostly flouted maxim of relevance to create humour sense in their shows.
Sometimes, a comedian flouted maxim of relevance by himself in single utterance
as what Pak Jarwo did in the beginning of discussion and when he thinks his
joke doesn’t sense humour. Also, flouting maxim of relevance can occur when a
speaker has different point of view. For example, when Cak Lontong commends on Pak
Jarwo’s word choice “masalah umroh” and when Akbar commends on Pak Jarwo’s utterance “bicara
umroh”. It occurs because when there is
one topic discussion in this talk show, unfortunately every panellist has
different opinion and point of view. Besides, by having this different point of
view, the comedian can make the audiences laugh and create the sense of humour
in the section of talk show. Therefore,
from the explanation above, we know that flouting maxims in this talk show
occurs when the comedian want to create sense of humour whether it includes
flouting the maxim of relevance in the most parts of comedian conversation.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar